Tugas 2 “Tugas
Fortopolio”
A. Penyesuaian
diri
1.
Pengertian
Penyesuaian Diri
Makna
akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak
dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat
terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya
dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua
fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus
menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi
sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah
memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
2.
Konsep
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang
bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian
tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk
membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu
yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena
ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga,
sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui
bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka
untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
- Penyesuaian berarti adaptasi;
dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh
kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial.
- Penyesuaian dapat juga
diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan
standar atau prinsip.
- Penyesuaian dapat diartikan
sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan
mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi
segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekkuatt/ memnuhi syarat.
- Penyesuaian dapat diartikan
penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah
secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada
diri sendiri dan pada lingkungan.
3. Pertumbuhan
Personal
Manusia
merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah
lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku
umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian
suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui
pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap
individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal
itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang
mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena
keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan
waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma
yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan
individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun
terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup
pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel
mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus.
Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang
dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia
dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam
pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi
tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi
Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan pandangan Humanisme.
A.
Stress
1.
PENGERTIAN
STRESS DAN GENERAL ADAPTATION SYNDROMS
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut
Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons
automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan
perubahan fisis atau emosi yang bertujuan
untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari
sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal
yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi
lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan
perubaha-perubahan atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang.
Suwondo(1996) mendifinisikan stess
sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi
khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut
Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan :
a. Eustress adalah respon
stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan
menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon
stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi.
c.
Optimal stress atau Neustress adalah stress yang
berada antara eustress dan distres,merupakan respon stress yang menekan
namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Reaksi fisiologis tubuh terhadap
perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome,
yang terdiri dari tiga fase:
a. Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini
tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau
khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat
katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya
mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b. The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi
terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh.
Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini
disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi
masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang
dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c. Stage of
exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala
psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain
gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai
bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu
banyak makan.
2. PENYEBAB STRESS
1.
Faktor Ekonomi
Uang
dan masalah-masalah ekonomi selalu di pikiran orang. Seiring dengan krisis
ekonomi global, Anda harus berurusan dengan krisis pribadi Anda. Biaya hidup,
pinjaman tertunda dan ketidakpastian ekonomi secara umum adalah penyebab paling
umum dari stres orang di seluruh dunia.
2.
Kerja berlebihan sehingga menjadi stres
Dalam
era teknologi modern dengan laptop, tablet dan Internet di mana-mana, kewajiban
bekerja tidak pernah berakhir. Anda bisa bersantai di pantai yang eksotis,
tetapi Anda harus mengirim email. Jika Anda tidak, salah satu pesaing Anda akan
mengambil client Anda sehingga Anda kehilangan pelanggan. Waktu luang menyusut
dan orang-orang yang menghabiskan waktu yang kurang untuk diri mereka sendiri
dan orang-orang yang mereka cintai.
3. Kepuasan kerja
Dalam
masa krisis ekonomi dan lapangan kerja, Anda tidak memiliki pilihan yang banyak
untuk pekerjaan. Pengangguran meningkat dan meskipun Anda tidak menyukai
pekerjaan Anda, Anda bosan dan tidak tertarik, Anda tidak bisa berhenti.
4.
Hubungan pribadi
Hubungan manusia yang sulit
dan ketegangan kehidupan sehari-hari yang menyebabkan perselisihan dan
perkelahian. Keuangan keluarga, masalah seksual, serta kurangnya waktu untuk pasangan
Anda dan anak-anak menghasilkan stres dan Anda tidak berada dalam posisi untuk
menemukan solusi.
5.
Perawatan keluarga
Merawat keluarga Anda
adalah tanggung jawab besar. Apakah mereka adalah anak-anak muda atau orang
tua, mereka membutuhkan pemantauan ketat. Anda tidak harus melupakan pengobatan
kakek-nenek, anak-anak harus pergi ke sekolah dan mempersiapkan diri untuk
ujian. Ini hanya beberapa contoh dari kewajiban sehari-hari yang tidak
memungkinkan waktu untuk relaksasi. Bukan hanya itu tetapi ini stres terus
menerus juga menyebabkan masalah dengan tidur Anda dan Anda berakhir dalam
lingkaran setan tak berujung.
6.
Tekanan untuk liburan
Untuk
mempersiapkan seluruh keluarga untuk liburan, dan tidak meninggalkan
tugas-tugas yang belum selesai atau untuk mempersiapkan acara keluarga (pesta
ulang tahun untuk anak-anak) tampaknya seperti beban yang menggunung. Masa
persiapan yang lebih stres daripada santai dan meriah.
7.
Anda tidak pernah mengatakan TIDAK
Anda
takut untuk mengatakan TIDAK. Apakah itu untuk tanggung jawab pribadi, keluarga
atau pekerjaan Anda tidak dapat menolak tugas yang diberikan untuk pekerjaan
yang harus dilakukan. Salah! Anda mencoba untuk memuaskan semua orang lain,
sementara tidak meninggalkan waktu untuk diri sendiri. Kewajiban Anda lakukan
berada di luar apa yang Anda dapat tangani dan hal ini menciptakan lebih banyak
stres
8. Kurangnya waktu
yang berkualitas
Anda
tidak punya waktu untuk melihat teman-teman Anda dan orang yang Anda cintai. Anda
tidak punya waktu luang untuk diri sendiri tidak menyebutkan waktu yang
berkualitas untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai. Tindakan - tindakan ini
meminimalkan kesempatan Anda untuk melarikan diri dari stres dan ketegangan.
9.
Terobsesi dengan kesempurnaan
Anda
ingin melakukan semuanya sempurna. Membuat kesalahan adalah ketakutan terburuk
dan hal ini menciptakan lebih banyak stres. Ini obsesi dengan kesempurnaan,
tidak meninggalkan Anda waktu untuk memikirkan hal-hal lain selain target Anda
dan Anda akhirnya kehilangan dirimu.
10.
Kurangnya minat
Anda
memulai tugas baru dan bosan. Anda menetapkan tujuan baru tapi berhenti di
tengah. Anda tidak memiliki gairah atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Ini
akan memberikan Anda kekecewaan dan mendorong Anda dalam keputusasaan. Anda
kehilangan nafsu makan dan tidur dan ini memperburuk situasi.
11.
Gangguan dan kebingungan
Ketika
semuanya tidak teratur, tidak berjalan lancar. Rumah berantakan, di kantor
banyak tekanan dan perasaan bahwa semuanya sangat kacau dapat menyebabkan Anda
menjadi lebih mudah stress. Perasaan ini memiliki kemampuan ajaib untuk menahan
Anda dan mengingatkan kita tentang kejadian - kejadian yang sudah terjadi yang
akan menambah stress pada diri Anda. Bahkan jika Anda ingin melarikan diri,
situasi lingkungan Anda tidak akan mengijinkan.
SYMPTOM-REDUCING RESPONSES
STRESS,MEKANISME PERTAHANAN DIRI, DAN STRATEGI COPING
Respon terhadap Stress, menyangkut Defense
Mechanism menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau
coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Lazarus
(1996), Coping: upaya manusia dalam mengatasi masalah atau menangani
emosi
yang umumnya neggatif atau merespon situasi penuh stres.
(Roesch & Weiner,
2001), Coping berupa pelarian/penghindaran (misalnya berharap bahwa situasi
akan berakhir dengan sendirinya) merupakan metode coping yang paling tidak
efektif untuk mengadapi banyak masalah kehidupan. Banyak orang meyakini bahwa
tidak mungkin mendefinisikan secara objektif peristiwa atau situasi
untuk dapat dikategorikan sebagai stresor psikologi (a.l., Lazarus,
1966). Mereka menekankan aspek kognitif stres, yaitu, mereka meyakini bahwa
cara kita menerima atau menilai lingkungan menentukan apakah terdapat suatu
stresor. Coping ini secara bahasa mempunyai makna menanggggulangi, menerima
menguasai segala sesuatuyang berangkutan dengan diri kita sendiri. Untuk
mengendalikan emosi bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan model
penyesuaian, pengalihan dan coping. Strategi coping itu sendiri dapat diartikan
sebuah cara atau prilaku individu untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.sedangkan macam-macam copng itu sendiri menurut Santrock (1996) :
1. strategi pendekatan
(approach strategy)
yaitu usaha kogntif untuk memahami penyebab
stres atau stressor dan usaha untuk menangani hal tersebut dengan cara
menghadapinya.
2.
strategi menghindar
(avoidance strategy)
yaitu
usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stessor yang muncul dalam
prilaku dengan cara menghindar dari hal tersebut
Bentuk-bentuk strategi
coping yaitu :
1.
perilaku coping yang
beorientasi pada masalah (problem focused coping-PFC) yaitu strategi kognitif
dalam penanganan stress/ strategi kognitif yang digunakan individu dalam rangka
menangani masalahnya.
2.
perilaku coping yang
berorientasi pada emosi (emotion focused coping-EFC) yaitu strategi penanganan
stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan
cara emosional.
faktor yang mempengaruhi
coping :
1.
karakteristik situasional
2.
faktor lingkungan
3.
faktor personal atau
perbedaan individu
5.
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING STRESS, MENINGKATKAN TOLERANSI STRESS
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita. Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan menuntut seseorang untuk mengatasinya. Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita. Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan menuntut seseorang untuk mengatasinya. Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1. Acting out, yaitu menampilkan
tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi
pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak
barang-barang di sekitarnya.
2. Denial, yaitu menolak
mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula
bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya
memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk
mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi
peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat
karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai
mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3. Displacement,
yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain
yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya:
Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru
lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid
di kelas.
4. Rasionalisasi,
yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang
Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan
bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti
pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi. Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara
sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan
pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi stres, yaitu:
1. Meningkatkan
toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri
sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan
diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan
dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton
acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi,
yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2. Mengenal
dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan,
yaitu: (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan
mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang
ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur;
(b) menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya
dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini
sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun
dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil
keputusan pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan
konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai
batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi
terhadap stres).
Sumber :
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995).
Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo.
http://www.e-jurnal.com/pengantar-psikologi-perkembangan/
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/03/perkembangan-menurut-psikologi.html
Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono).
(2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar