Rabu, 01 Mei 2013

Penyesuaian diri dan stress


Tugas 2 “Tugas Fortopolio”
A.    Penyesuaian diri
1.      Pengertian Penyesuaian Diri

Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

2.      Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut  dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut : 
  1. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa  survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
  2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
  3. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
  4. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.

3.      Pertumbuhan Personal
            Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.

Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.

Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan pandangan Humanisme.

A.    Stress

1.      PENGERTIAN STRESS DAN GENERAL ADAPTATION SYNDROMS
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan  atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan :
a.       Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b.      Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi.
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres,merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.

Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a. Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b.  The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c. Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.

2.      PENYEBAB STRESS

1. Faktor Ekonomi
Uang dan masalah-masalah ekonomi selalu di pikiran orang. Seiring dengan krisis ekonomi global, Anda harus berurusan dengan krisis pribadi Anda. Biaya hidup, pinjaman tertunda dan ketidakpastian ekonomi secara umum adalah penyebab paling umum dari stres orang di seluruh dunia.
2. Kerja berlebihan sehingga menjadi stres
Dalam era teknologi modern dengan laptop, tablet dan Internet di mana-mana, kewajiban bekerja tidak pernah berakhir. Anda bisa bersantai di pantai yang eksotis, tetapi Anda harus mengirim email. Jika Anda tidak, salah satu pesaing Anda akan mengambil client Anda sehingga Anda kehilangan pelanggan. Waktu luang menyusut dan orang-orang yang menghabiskan waktu yang kurang untuk diri mereka sendiri dan orang-orang yang mereka cintai.
3.      Kepuasan kerja
Dalam masa krisis ekonomi dan lapangan kerja, Anda tidak memiliki pilihan yang banyak untuk pekerjaan. Pengangguran meningkat dan meskipun Anda tidak menyukai pekerjaan Anda, Anda bosan dan tidak tertarik, Anda tidak bisa berhenti.
4. Hubungan pribadi
Hubungan manusia yang sulit dan ketegangan kehidupan sehari-hari yang menyebabkan perselisihan dan perkelahian. Keuangan keluarga, masalah seksual, serta kurangnya waktu untuk pasangan Anda dan anak-anak menghasilkan stres dan Anda tidak berada dalam posisi untuk menemukan solusi.
5. Perawatan keluarga
Merawat keluarga Anda adalah tanggung jawab besar. Apakah mereka adalah anak-anak muda atau orang tua, mereka membutuhkan pemantauan ketat. Anda tidak harus melupakan pengobatan kakek-nenek, anak-anak harus pergi ke sekolah dan mempersiapkan diri untuk ujian. Ini hanya beberapa contoh dari kewajiban sehari-hari yang tidak memungkinkan waktu untuk relaksasi. Bukan hanya itu tetapi ini stres terus menerus juga menyebabkan masalah dengan tidur Anda dan Anda berakhir dalam lingkaran setan tak berujung.
6. Tekanan untuk liburan
Untuk mempersiapkan seluruh keluarga untuk liburan, dan tidak meninggalkan tugas-tugas yang belum selesai atau untuk mempersiapkan acara keluarga (pesta ulang tahun untuk anak-anak) tampaknya seperti beban yang menggunung. Masa persiapan yang lebih stres daripada santai dan meriah.
7. Anda tidak pernah mengatakan TIDAK 
Anda takut untuk mengatakan TIDAK. Apakah itu untuk tanggung jawab pribadi, keluarga atau pekerjaan Anda tidak dapat menolak tugas yang diberikan untuk pekerjaan yang harus dilakukan. Salah! Anda mencoba untuk memuaskan semua orang lain, sementara tidak meninggalkan waktu untuk diri sendiri. Kewajiban Anda lakukan berada di luar apa yang Anda dapat tangani dan hal ini menciptakan lebih banyak stres
8. Kurangnya waktu yang berkualitas 
Anda tidak punya waktu untuk melihat teman-teman Anda dan orang yang Anda cintai. Anda tidak punya waktu luang untuk diri sendiri tidak menyebutkan waktu yang berkualitas untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai. Tindakan - tindakan ini meminimalkan kesempatan Anda untuk melarikan diri dari stres dan ketegangan.

9. Terobsesi dengan kesempurnaan
Anda ingin melakukan semuanya sempurna. Membuat kesalahan adalah ketakutan terburuk dan hal ini menciptakan lebih banyak stres. Ini obsesi dengan kesempurnaan, tidak meninggalkan Anda waktu untuk memikirkan hal-hal lain selain target Anda dan Anda akhirnya kehilangan dirimu.
10. Kurangnya minat
Anda memulai tugas baru dan bosan. Anda menetapkan tujuan baru tapi berhenti di tengah. Anda tidak memiliki gairah atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Ini akan memberikan Anda kekecewaan dan mendorong Anda dalam keputusasaan. Anda kehilangan nafsu makan dan tidur dan ini memperburuk situasi.
11. Gangguan dan kebingungan
Ketika semuanya tidak teratur, tidak berjalan lancar. Rumah berantakan, di kantor banyak tekanan dan perasaan bahwa semuanya sangat kacau dapat menyebabkan Anda menjadi lebih mudah stress. Perasaan ini memiliki kemampuan ajaib untuk menahan Anda dan mengingatkan kita tentang kejadian - kejadian yang sudah terjadi yang akan menambah stress pada diri Anda. Bahkan jika Anda ingin melarikan diri, situasi lingkungan Anda tidak akan mengijinkan.

SYMPTOM-REDUCING RESPONSES STRESS,MEKANISME PERTAHANAN DIRI, DAN STRATEGI COPING
Respon terhadap Stress, menyangkut Defense Mechanism menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Lazarus (1996), Coping: upaya manusia dalam mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya neggatif atau merespon situasi penuh stres.
(Roesch & Weiner, 2001), Coping berupa pelarian/penghindaran (misalnya berharap bahwa situasi akan berakhir dengan sendirinya) merupakan metode coping yang paling tidak efektif untuk mengadapi banyak masalah kehidupan. Banyak orang meyakini bahwa tidak mungkin mendefinisikan secara objektif peristiwa atau situasi untuk  dapat dikategorikan sebagai stresor psikologi (a.l., Lazarus, 1966). Mereka menekankan aspek kognitif stres, yaitu, mereka meyakini bahwa cara kita menerima atau menilai lingkungan menentukan apakah terdapat suatu stresor. Coping ini secara bahasa mempunyai makna menanggggulangi, menerima menguasai segala sesuatuyang berangkutan dengan diri kita sendiri. Untuk mengendalikan emosi bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan model penyesuaian, pengalihan dan coping. Strategi coping itu sendiri dapat diartikan sebuah cara atau prilaku individu untuk menyelesaikan  suatu permasalahan.sedangkan macam-macam copng itu sendiri menurut Santrock (1996) :
1.      strategi pendekatan (approach strategy)
yaitu usaha kogntif untuk memahami penyebab stres atau stressor dan  usaha untuk menangani hal tersebut dengan cara menghadapinya.
2.      strategi menghindar (avoidance strategy)
yaitu usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stessor yang muncul dalam prilaku dengan cara menghindar dari hal tersebut
Bentuk-bentuk strategi coping yaitu :
1.      perilaku coping yang beorientasi pada masalah (problem focused coping-PFC) yaitu strategi kognitif dalam penanganan stress/ strategi kognitif yang digunakan individu dalam rangka menangani masalahnya.
2.      perilaku coping yang berorientasi pada emosi (emotion focused coping-EFC) yaitu strategi penanganan stress dimana individu  memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional.
faktor yang mempengaruhi coping :
1.      karakteristik situasional
2.      faktor lingkungan
3.      faktor personal atau perbedaan individu
5. PENDEKATAN PROBLEM SOLVING STRESS, MENINGKATKAN TOLERANSI  STRESS
          Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita. Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan  menuntut seseorang untuk mengatasinya.  Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1.      Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.      Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3.      Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
4.     Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi. Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu:
1.      Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2.      Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:  (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur; (b)  menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres). 

 Sumber :  
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo.
http://www.e-jurnal.com/pengantar-psikologi-perkembangan/
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/03/perkembangan-menurut-psikologi.html
Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono). (2001).  Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar